Tidak pernah terpikirkan bahwa saya akan menjadi seorang penderita Covid 19, awalnya sakit flu, itu yg saya rasakan, hanya saja untuk kali ini agak berbeda, rasa pusing seperti tidak kunjung hilang.
Diawali sebelum tahun baru yg lalu:
28 Desember 2020 (hari ke 1), saya mengalami kepala pusing dan bersin.
30 Desember 2020 (hari ke 3), mulai ada rasa demam yg timbul hilang, akhirnya mengurungkan niat pergi ke rumah mertua untuk rencana Tahun Baru bersama mereka karena kondisi badan sedang tidak fit. Dapat info, beberapa anggota keluarga disanapun juga dalam kondisi kurang sehat.
31 Desember 2020 (hari ke 4), pagi hari, sekujur badan terasa linu yg teramat sangat, terlebih lagi rasa ngilu pada bagian sendi-sendi, seperti masuk angin dan juga kehilangan nafsu makan hingga beberapa hari.
3 Januari 2021 (hari ke 8), mendapat kabar bahwa salah satu anggota keluarga positif covid saat di Swab PCR.
5 Januari 2021 (hari ke 9), kami putuskan sekeluarga Swab PCR, karena sudah merasa kemungkinan besar telah tertular Covid.
Kami lakukan Swab PCR di Laboratorium Galaxy, agar seandainya dinyatakan positif covid akan lebih mudah untuk mendapatkan penanganan yg lebih serius.
6 Januari 2021 (hari ke 10), malam, dapat kabar hasil test Swab PCR, kami dinyatakan positif covid, nilai saya 19 Ct, sementara istri 14 Ct, kami putuskan untuk isolasi mandiri dirumah.
Saya menyampaikan hal ini ke keluarga terdekat, kakak-kakak saya, agar protokol kesehatan covid mulai dijalankan. Kami dan seluruh keluarga sibuk mencari kelengkapan obat-obatan, vitamin, madu, bermacam herbal untuk menghadapi covid.
Pada malam itu, saya juga informasikan ke ketua Rukun Tetangga dan Ketua Rukun Warga setempat melalui pesan Whatsapp, bahwa saya dan istri saya positif covid 19 berdasarkan hasil test Swab PCR. Sambil menyertakan foto hasil test Swab PCR, foto Kartu Tanda Penduduk dan foto Kartu Keluarga.
Keesokan harinya, ketua Rukun Warga, Bapak Beki, segera menghubungi pihak puskesmas setempat, Jakasetia.
Melalui Ibu Lili, mereka memantau keadaan saya dan juga istri, menanyakan apa saja yg dirasakan, obat apa saja yg ada dan sudah kami minum, serta berbagai pertanyaan lainnya. Lalu dari hasil konsultasinya dengan dokter setempat, kadang pihak puskesmas mengirimkan obat tambahan ke rumah bila dirasakan perlu.
Semua komunikasi ini dilakukan via aplikasi Whatsapp.
Ibu Lili dari Puskesmas Jakasetia
11 Januari 2021 (hari ke 15), Senin sore, saat saya batuk pada dada bagian atas sebelah kanan dan kiri, merasakan sakit nyeri, seperti ditusuk. Saya laporkan hal ini kepada Ibu Lili, menanyakan,
"Apakah tidak lebih baik saya dirawat di rumah sakit" (baru kali ini muncul perasaan takut).
Oleh ibu Lili disampaikan kepada Drg. Maria, Ketua Team Penanganan Covid Puskesmas Jakasetia, yg langsung ditindaklanjuti untuk dicarikan tempat ke rumah sakit rujukan covid oleh Bidan Laily.
Beberapa Anggota Team Penanganan Covid dari Puskesmas Jakasetia
12 Januari 2021 (hari ke 16), Selasa pagi, dapat kabar ada tempat kosong dan diminta agar sore hari bisa langsung masuk ke RS Ananda Babelan, atas info dari Ibu Lili dan pengantar dari Drg Maria.
Malam pertama di Rumah Sakit
Sejak sore itu, saya ditangani serius dengan petugas kesehatan berseragam APD. Disana kami sesama penderita covid dikumpulkan di bagian pintu belakang rumah sakit, di absensi, di rontgen dada, lalu di antarkan ke kamar dan tempat tidur kita masing-masing, lalu di rekam jantung dan dipasang infus (Ada riwayat hipertensi dan pernah ada riwayat jantung koroner).
13 Januari 2021 (hari ke 17), Rabu malam hingga Kamis dinihari, batuk disertai sakit nyeri pada bagian dada. Letak titik sakitnya berubah-ubah, tidak tetap di satu titik. hingga hampir semalaman saya tidak bisa beristirahat.
Saya tidak dapat menarik napas panjang karena dipastikan akan batuk.
Malam itu direkam jantung lalu posisi tempat tidur pada bagian kepala agak ditinggikan.
14 Januari 2021 (hari ke 18), Kamis siang, saya langsung diberikan oksigen yg menjadikan saya tidak batuk dan akhirnya membuat saya bisa tidur.
Tempat tidur saya dekat dengan jendela
15 Januari 2021 (hari ke 19), Jumat, visit dokter penyakit dalam, agar saya melakukan terapi tengkurap dengan bantal diletakkan di bagian dada. Terapi ini dilakukan 3 sampai 4 kali dalam sehari dan setiap terapi dilakukan selama 30 menit.
Saya di wajibkan terus memakai oksigen karena saturasi sempat diangka 93, belum terlalu parah.
Jumat malam saluran infus macet, akhirnya infus dilepas.
16 Januari 2021 (hari ke 20), Sabtu pagi saat dikamar mandi, batuk tetapi dahak tidak keluar, sempat kesulitan bernafas.
Oksigen lancar tak ada macet sampai dgn malam, stabil.
17 Januari 2021 (hari ke 21), Minggu pagi, dada terasa sakit. Minggu sore rekam jantung.
18
Januari 2021 (hari ke 22), Senin pagi saat bangun dada terasa sakit, cenderung di dada kanan agak dibawah.
Jam
7.30 dipasang jalur utk obat suntik (semacam jarum infus), tetapi baru sekali pakai punggung telapak tangan sudah membengkak, jalur untuk obat suntik terpaksa dilepas lagi.
Jam 8 rekam jantung.
Jam 3 sore visit dokter paru, teruskan latihan tengkurap dengan bantal di bawah dada.
Setelah 30 menit latihan, dahak keluar tapi kemudian sakit pada dada setiap menarik napas panjang (itu proses).
Obat suntik diganti dengan obat minum
19
Januari 2021 (hari ke 23), Selasa Pagi, kesulitan ambil darah dari lengan kiri.
Darah terlalu kental dan berwarna merah kehitaman salah satu efek dari Covid.
Setengah jam kemudian, suntik pengencer darah dari bagian otot lengan kanan.
Jam 14.30 di Swab PCR pertama.
Saat mandi, badan terasa agak aneh, seperti mau kedinginan dan badan seperti mau jatuh tidak ada kekuatan.
20
Januari 2021 (hari ke 24), Rabu dini hari, 00.30, terbangun buang air, terasa berputar, pusing,
melayang, lapor suster via Whatsapp, diberi Paracetamol 500mg, Tekanan darah normal.
21 Januari 2021 (hari ke 25), Kamis pagi, 07.30, disarankan belajar lepas oksigen.
Yg dirasakan pada saat lepas oksigen:
- 10 menit pertama pusing
- Setelah 59 menit batuk/sesak
- Setelah 2 jam semakin pusing, pipi kebas
- Setelah 2 jam 15 menit kepala belakang seperti di tekan, gunakan oksigen kembali selama 30 menit.
Saturasi 98, lalu belajar lepas oksigen lagi.
Info, hasil Swab PCR pertama masih positif.
Jam
11, visit dokter, latihan tengkurap, tidur setengah duduk. Jika dada sakit
pindah2 segera hub suster utk record jantung. jika perlu oksigen sementara digunakan.
Buang air besar lebih dari 2 kali, kemungkinan karena dari kemarin selalu minum air panas/ hangat sehingga baik untuk pencernaan.
Jam 22 diberi obat sakit perut oleh suster.
22 Januari 2021 (hari ke 26), Jumat pagi, Swab PCR kedua.
23 Januari 2021 (hari ke 27), Sabtu, visit dokter paru, latihan tidur tengkurap dan miring kanan kiri.
cek saturasi 97, tekanan darah normal
Jam 12, sesak dan batuk, ijin pake oksigen. suster datang coba dinaikkan sedikit kasurnya.
Terasa sakit dibagian dada kanan sebelah bawah.
Info, hasil Swab PCR kedua negatif, Alhamdulillah.
Ambil darah, siap pindah kamar setelah tidak ada sesak.
Jam 14 pindah kamar ke 201, isolasi negatif covid.
Begitu masuk kedalam ruangan, diperintahkan untuk segera mandi, keramas dan ganti baju bersih (steril).
Jam 16 Rontgen torax.
Jam 17 dokter visit, jgn pakai oksigen.
Info, sebelum pulang saya harus bertemu dengan dokter penyakit dalam.
Ruang Isolasi Negatif Covid
24
Januari 2021 (hari ke 28), Minggu, jam 11.30, Suster datang membawa surat-surat kelengkapan dari rumah sakit, hasil rontgen terakhir, juga memberi dan menerangkan obat-obatan untuk saya minum di rumah.
Isolasi mandiri dirumah selama 2 minggu.
Whatsapp dengan Ibu Lili (Puskesmas Jakasetia) tentang kepulangan saya dan mengirimkan hasil swab terakhir. Mereka bencana akan berkunjung ke rumah untuk dokumentasi.
Kadang diperlukan saat terasa sesak dan menaikkan saturasi
25 Januari 2021 (hari ke 29), Senin dini hari, dada kanan sakit, terbangun lalu tahajud.
Gunakan oksigen sebentar. Alhamdulillah..
1 februari 2021 (hari ke 36), Senin malam, saat merapikan sajadah, melakukan posisi menunduk, tiba-tiba seperti tidak bisa napas, tetapi hanya beberapa saat.
2
februari 2021(hari ke 37) , Selasa siang, untuk beberapa saat terasa sesak seperti sulit bernapas setelah membersihkan dan mengeringkan kasur
decubitus berikut selang dan pompanya.
Ternyata ini adalah salah satu efek dari Covid 19 dan tubuh kita perlu waktu untuk bisa kembali seperti semula.
Pada saat tulisan ini saya revisi, 15 februari 2021, kondisi kesehatan saya sudah normal sepenuhnya, hanya saja dari info yg saya dapat, sebaiknya jangan memaksakan beraktivitas yg terlalu berat.
Jaga kesehatan kalian semua ya?
Terimakasih kepada semua pihak atas support dan perhatian yg sudah diberikan kepada saya dan istri saya, sedari sakit hingga kami sembuh, Alhamdulillah.
Semoga Allah SWT akan membalas kebaikan kalian semua,
Aamiin YRA.
Semoga tulisan ini akan membawa manfaat.
Thx, ^_^